Faktor Koreksi Pakan Ternak untuk Mendukung Pertanian Indonesia Menuju Net Zero Emission 2060
Bogor (27/11/2023) – Sebagai komitmen Indonesia mendukung Net Zero Emission tahun 2060, Badan Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP) melalui BSIP SDLP (Sumberdaya Lahan Pertanian) dan BSIP PKH (Peternakan dan Kesehatan Hewan) menyelenggarakan Forum Group Disscussion (FGD) terkait faktor koreksi pakan ternak. Dalam rangka inventarisasi emisi dan capaian aksi mitigasi Gas Rumah Kaca (GRK) sektor pertanian, kegiatan ini dibuka dengan sambutan dan arahan oleh Dr. Ir. Rahmawati, MM. (Kepala BSIP SDLP) dan Dr. drh. Agus Susanto, M.Si. (Kepala BSIP PKH).
Rahmawati menyampaikan bahwa faktor koreksi pada pakan ternak dapat meningkatkan tingkat akurasi dan perhitungan pada inventarisasi yang dilakukan. Selain itu, pemberian pakan ternak berkualitas merupakan aksi mitigasi yang dapat dilakukan untuk mengurangi pembentukan metana dari pencernaan enterik hewan ternak, sehingga menurunkan kontribusi sektor pertanian pada emisi GRK. Sementara itu, Agus Susanto menjelaskan bahwa penentuan faktor koreksi pakan ternak ini memberikan gambaran untuk kegiatan standardisasi yang dilakukan oleh BSIP, termasuk standar pakan ternak rendah emisi yang dikembangkan oleh BSIP PKH.
Pada sesi pemaparan materi, Dr. Yeni Widiawati (Pusat Riset Peternakan BRIN) menyampaikan bagaimana pendekatan yang digunakan untuk memperoleh faktor koreksi pakan ternak. Yeni juga memaparkan bahwa pilihan pakan ternak seperti hijauan, konsentrat pakan, dan silase dari berbagai jenis material organik telah terbukti dapat menurunkan pelepasan emisi dari pencernaan enterik. Yeni mengingatkan untuk mempertimbangkan faktor koreksi emisi masing-masing pilihan pakan ternak saat inventarisasi.
Upaya mitigasi yang dilakukan diharapkan bukan hanya sekedar mengukur, namun perlu adanya terobosan seperti membuat konsep standar pakan rendah emisi sesuai dengan tugas dan fungsi dalam bidang standardisasi. Dalam diskusi diputuskan perhitungan faktor koreksi pakan berfokus pada faktor koreksi pakan silase. Hal ini dikarenakan telah ada data hasil pengujian untuk pakan silase, serta terdapat program pemanfaatan pakan silase di Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), Kementerian Pertanian.
Subsektor peternakan menjadi salah satu penyumbang emisi GRK pada sektor pertanian, dimana pada tahun 2022 menyumbang 19,5 juta ton CO2-e dari pencernaan enterik ruminansia dan 15,1 juta ton CO2-e dari pengelolaan kotoran hewan ternak. Untuk mengurangi emisi, Kementerian Pertanian melalui direktorat jenderal teknis telah melakukan aksi-aksi mitigasi GRK seperti pengelolaan kotoran ternak dalam program BATAMAS (Biogas Asal Ternak Bersama Masyarakat) dan perbaikan kualitas pakan ternak. Informasi mengenai faktor koreksi pakan ternak dapat menjadi standar serta rujukan pilihan pakan yang bernutrisi tinggi dan rendah emisi untuk mencapai pertanian Indonesia yang gemilang. (OP/AH/MM/WA)